Amos mengaku sempat diwawancarai berbagai media luar negeri, termasuk dari Rusia dan China. Para wartawan asing itu, lanjut Amos, sangat mengapresiasi Bali sebagai tuan rumah yang memberi atmosfir bagi lahirnya capaian (achievement) dalam KTT APEC. Antara lain mengenai komitmen seluruh (21) negara anggota APEC untuk mendorong pemberantasan korupsi. “Bukan membandingkan. Begitulah cara pandang media yang hebat. Bukannya memprovokasi masyarakat untuk tidak respek pada KTT APEC,” ujar Amos Lillo.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, penunjukan Bali sebagai tuan rumah disambut baik oleh semua kalangan. Tak kurang dari Presiden SBY, Ketua DPR-RI Marzuki Alie, Gubernur Bali Made Mangku Pastika, pejabat terkait dan tokoh masyarakat Bali sendiri. Tentu saja banyak nilai plus yang diraih Bali, bukan saja secara ekonomi pragmatis, tetapi juga image dan branding Bali semakin mengkilap di tingkat global.
Gubernur Pastika menganggap pelaksanaan KTT APEC di Bali menguatkan brandingPulau Dewata ke seluruh dunia. “Keuntungannya banyak, mulai dari infrastruktur dan promosi wisata,” kata Pastika seusai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membuka Dialog Dewan Penasihat Bisnis APEC (ABAC) di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Senin (7/10) kemarin.
Sementara itu, Ketua DPR RI Dr H Marzuki Alie menilai, terpilihnya Bali sebagai lokasi KTT APEC merupakan sebuah kehormatan. “Untuk itu seluruh masyarakat Bali agar dapat berperanserta secara aktif untuk menyukseskan kegiatan bertaraf internasional ini, Marzuki Alie di Gedung PWI Bali, Jumat (4/10) lalu.
Sekretaris Bali Tourism Board (BTB) Ketut Ardana menjelaskan, dengan image danbranding yang kuat tentu ada ikutannya, yakni makin banyak wisatawan asing yang datang ke Bali. “Jadi, banyak sekali manfaat penyelenggaraan APEC di Bali. Kalau ada pemeriksaan, atau bandara ditutup beberapa saat, ya, itulah bagian dari pengorbanan kita untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar,” kata Ardana.
Kalau dicermati, ada sejumlah keuntungan yang diraih Bali. Pertama, infrastruktur. Yang paling besar adalah renovasi Bandara Ngurah Raid an Jalan Tol Bali Mandara. Semua itu dibangun, tanpa Bali mengeluarkan uang sepeserpun. Renovasi Bandara Ngurah Rai menelan biaya Rp2,8 triliun, pembangunan under pass Dewa Ruci Rp300 miliar dan JDP Bali Mandara Rp 2,4 triliun. Jumlah itu nyaris sama dengan nilai dengan APBD Bali tahun 2013/2014.
Kedua, jumlah delegasi APEC dari luar negeri sekitar 5.000 orang plus 3.000 wartawan asing yang meliput ditambah sekitar 3.000 orang Indonesia yang terlibat (aparat keamanan, pegawai kementerian dan instansi terkait dari Jakarta, wartawan nasional, dan lokal), maka jumlah seluruhnya mencapai 9.500 orang. Dengan aparat lokal, bisa dibulatkan menjadi 10 ribu orang.
Mereka tentu membutuhkan makan dan minum. Seorang manager prossesing sebuah hotel yang menjadi venue APEC mengatakan, tiap hari hotenya membutuhkan tak kurang dari 100 kg beras, 1 ton daging sapi, 1 ton ayam dan 800 kg ikan yang diolah menjadi berbagai aneka masakan. Belum termasuk buah-buahan, bumbu dan rempah-rempah.
Kalau dihitung, dengan asumsi setiap hari seorang menghabiskan 250 gram daging, maka sejak tanggal 1 sampai 9 Oktober 2013 diperlukan sedikitnya 25 ton daging. Kalau dikonversi dengan sapi, di mana satu ekor sapi menghasilkan 300 kg daging maka diperlukan sekitar 84 ekor sapi yang dipotong untuk memenuhi kebutuhan selama APEC.
Belum lagi danging babi, daging ayam, daging kambing, lobster, beragam jenis ikan dan makanan laut seperti udang dan kerang. Juga kebutuhan aneka bunga, tanaman hias dan sebagainya. Belum lagi kalau mereka berbelanja cindera mata atau buah tangan di berbagai pasar seni di Pulau Dewata. Katakan saja, mereka berbelanja rata-rata Rp 1 juta saja per orang maka jumlah uang yang beredar sekitar Rp 10 miliar.
“Bonus”-nya tentu saja promosi gratis bagi Bali, melalui laporan 3.000 jurnalis. CNN, Aljazera, FOX, BBC, CNBC, dan ratusan stasiun TV global lainnya menyiarkan berbagai masalah penting yang dibahas dalam APEC di Bali. Mereka akan menyorotvenue yang berlatar belakang Bali dan sesekali memuat feaaure dan liputan eksklusif tentang budaya dan kesenian Bali.
Hal itu tentu makin melambungkan nama Bali ke 21 negara yang menjadi anggota APEC yakni Amerika Serikat, Australia, Brunei Darussalam, Chili, Republik Rakyat Cina, Hong Kong, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Papua Nugini, Peru, Filipina, Rusia, Selandia Baru, Singapura, Taiwan, Thailand dan Vietnam. Lantas, kalau ada media menulis KTT APEC merugikan Bali sebagai tuan rumah, apa kata dunia? gre
|